Selasa, 21 Jun 2011

BILA MUSIBAH MENIMPA


BILA MUSIBAH MENIMPA

Allah s.w.t berfirman, mafhumnya,


“Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali. Mereka itu ialah orang-orang yang dilimpahi dengan berbagai-bagai kebaikan dari Tuhan mereka serta rahmatNya dan mereka itulah orang-orang yang dapat petunjuk hidayatNya. (QS. al-Baqarah:155-157)


Di dalam musnad Imam Ahmad, Nabi s.a.w bersabda,


"Tidaklah seorang hamba yang ditimpa musibah mengucapkan, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, ya Allah berilah aku pahala dalam musibahku ini dan gantilah untukku dengan sesuatu yang lebih baik," kecuali Allah akan memberikan pahala dalam musibahnya dan akan memberikan kepadanya ganti yang lebih baik." (HR. Ahmad 3/27)


Kita Milik Allah dan Kembali Kepada-Nya

Jika seorang hamba benar-benar menginsafi
bahwa dirinya adalah milik Allah s.w.t. dan akan kembali kepada-Nya maka dia akan terhibur tatkala ditimpa musibah. Kalimat istirja' ini merupakan penyembuh dan penawar paling mujarab bagi orang yang sedang ditimpa musibah. Dia memberikan manfaat baik dalam waktu dekat maupun di waktu yang akan datang. Kalimat tersebut memuat dua prinsip yang sangat agung. Jika seseorang mampu merealisasikan dan memahami keduanya maka dia akan terhibur dalam setiap musibah yang menimpanya. Iaitu,


Pertama; Bahwasanya manusia, keluarga dan harta pada hakikatnya adalah milik Allah s.w.t. . Ianya bagi manusia tidak lebih hanya sebagai pinjaman, sehingga jika Allah s.w.t. mengambilnya dari seseorang maka ia ibarat seorang pemilik barang yang mengambilnya kembali dari si peminjam. Demikian juga manusia sebenarnya tidak mempunyai apa-apa , sebelumnya (ketika lahir) dia tidak memiliki apa-apa dan setelahnya (ketika mati) ia pun tidak memiliki apa-apa lagi.

Dan segala sesuatu yang dimiliki oleh seorang hamba tidak lebih hanya seperti barang pinjaman yang bersifat sementara. Seorang hamba juga bukanlah yang telah menjadikan dirinya memiliki sesuatu setelah sebelumnya tidak punya. Dan diapun bukanlah menjadi penjaga terhadap segala miliknya dari kebinasaan dan kelenyapan, dia tidak mampu untuk menjadikan miliknya tetap terus kekal bersamanya . Walau apapun usaha seorang hamba dia tidak akan mampu untuk menjadikan miliknya kekal abadi, juga
tidak mampu menjadikan dirinya sebagai pemilik hakiki.

Dan juga seseorang itu hendaklah
membelanjakan apa-apa yang dimilikinya berdasarkan perintah pemiliknya yang hakiki, memperhatikan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang. Dia membelanjakan bukan sebagai pemilik, kerana Allah-lah Sang Pemilik, maka tidak boleh baginya membelanjakan pinjaman itu kecuali dalam hal-hal yang sesuai dengan kehendak Pemilik Yang Hakiki.


Kedua; Bahawa kesudahan dan tempat kembali seorang hamba adalah kepada Allah Pemilik yang Haq. Dan seseorang sudah pasti akan meninggalkan dunia ini lalu menghadap Allah s.w.t. sendiri-sendiri sebagaimana ketika mula-mula diciptakan, tidak memiliki harta, tidak membawa keluarga dan anak isteri. Akan tetapi manusia menghadap Allah dengan membawa amal kebaikan dan keburukan.

Jika awal mula dan kesudahan seorang hamba adalah demikian maka bagaimana dia akan berbangga-bangga dengan apa yang dia miliki atau berputus asa dari apa yang tidak dimilikinya. Maka memikirkan bagaimana awal dirinya dan bagaimana kesudahannya nanti adalah merupakan penawar paling mujarab untuk mengubati sakit dan kesedihan. Demikian juga dengan mengetahui secara yakin bahwa apa yang akan menimpanya pasti tidak akan sia-sia atau luput dan begitu juga sebaliknya.


Allah s.w.t. berfirman, mafhumnya,


Tidak ada sesuatu kesusahan (atau bala bencana) yang ditimpakan di bumi dan tidak juga yang menimpa diri kamu, melainkan telah sedia ada di dalam Kitab (pengetahuan Kami) sebelum Kami menjadikannya; sesungguhnya mengadakan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kamu diberitahu tentang itu) supaya kamu tidak bersedih hati akan apa yang telah luput daripada kamu dan tidak pula bergembira (secara sombong dan bangga) dengan apa yang diberikan kepada kamu dan (ingatlah), Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang sombong takbur, lagi membanggakan diri.
(QS. al-Hadid:22-23)


Ingat nikmat yang masih ada
Bandingkan besarnya
musibah dan besanya nikmat yang telah diterima. Maka akan didapati bahwa Allah s.w.t masih memberikan nikmat seumpama musibah malah sebenarnya lebih banyak lagi. Dan jika seseorang bersabar dan redha maka Allah s.w.t. akan memberikan sesuatu yang lebih baik dan besar daripada apa yang hilang dalam musibah, bahkan mungkin dengan berlipat ganda. Dan jika Allah s.w.t. menghendaki maka akan menjadikan lebih dan lebih lagi dari yang ada.


Musibah Menimpa Semua Orang
Sedarlah
bahawa musibah itu pasti dialami oleh semua orang. Lihatlah ke kanan, maka akan didapati di sana orang yang sedang diberi ujian, dan jika menengok ke kiri maka di sana ada orang yang sedang ditimpa kerugian dan malapetaka. Dan seorang yang berakal, sekiranya ingin memperhatikan sekelilingnya maka dia tidak akan mendapati kecuali di sana pasti ada ujian hidup, entah dengan hilangnya barang atau orang yang dicintai atau ditimpa sesuatu yang tidak disukai dalam hidup.

Kehidupan dunia tidak lain adalah ibarat kembangnya tidur atau bayang-bayang yang pasti lenyap. Jika dunia mampu membuat orang tersenyum sesaat maka dia mampu mendatangkan tangisan yang panjang. Jika ia membuat bahagia dalam sehari maka ia pun membuat duka sepanjang tahun. Kalau hari ini memberikan sedikit maka suatu saat akan menahan dalam waktu yang lama. Tidaklah suatu rumah dipenuhi dengan keceriaan kecuali suatu saat akan dipenuhi pula dengan duka.

Ibnu Mas'ud r.a berkata, "Pada setiap kegembiraan ada duka, dan tidak ada satu rumah pun yang penuh dengan kebahagiaan kecuali akan dipenuhi pula dengan kesedihan. Berkata pula Ibnu Sirin, "Tidak akan pernah ada senyuman yang berterusan , kecuali setelahnya pasti akan ada tangisan."

Hindun binti
an-Nu'man berkata, "Kami melihat bahwa kami adalah termasuk orang yang paling mulia dan memiliki harta paling banyak, kemudian matahari belum sampai terbenam sehingga kami telah menjadi orang yang tidak punya apa-apa. Dan merupakan hak Allah s.w.t. bahwa tidaklah Dia memenuhi suatu rumah dengan kebahagiaan, kecuali akan mengisinya pula dengan kesedihan." Dan ketika seseorang bertanya tentang apa yang menimpanya maka dia mengatakan, "Kami pada suatu pagi, tidak mendapati seseorang pun di Arab kecuali berharap kepada kami, kemudian kami di petang harinya tidak mendapati mereka kecuali menaruh belas kasihan kepada kami."


Keluh Kesah Menambahkan Penderitaan
Sedarlah bahawa
keluh kesah tidak akan dapat menghilangkan musibah. Bahkan hanya akan menambah serta melipatgandakan sakit dan penderitaan.


Musibah Terbesar Adalah Hilangnya Kesabaran
Ingatlah
bahwa hilangnya kesabaran dan sikap berserah diri adalah lebih besar dan lebih berbahaya daripada musibah itu sendiri. Kerana hilangnya kesabaran akan menyebabkan hilangnya keutamaan berupa kesejahteraan, rahmat dan hidayah yang Allah s.w.t. kumpulkan tiga hal itu dalam sikap sabar dan istirja' (mengembalikan urusan kepada Allah).


Sumber asal : “Ilaj harril musibah wa huzniha,” Imam Ibnul Qayyim (KM)


Musibah satu kenikmatan dari Allah SWT



Doa senjata orang Mukmim dan penawar musibah

Isnin, 20 Jun 2011

BERSYUKURKAH KITA???



BERSYUKURKAH KITA??????

Syukur merupakan suatu amalan yang utama dan mulia, oleh kerana itu Allah s.w.t memerintahkan kita semua untuk bersyukur kepada-Nya, mengakui segala keutamaan yang telah Dia berikan, sebagaimana dalam firmanNya:


“Oleh itu ingatlah kamu kepadaKu (dengan mematuhi hukum dan undang-undangKu), supaya Aku membalas kamu dengan kebaikan dan bersyukurlah kamu kepadaKu dan janganlah kamu kufur (akan nikmatKu). (Al-Baqarah :152)



Allah SWT juga memberitahu bahwa Dia tidak akan menyiksa mereka yang bersyukur, sebagaimana yang difirmankan, ertinya:


Apa gunanya Allah menyeksa kamu sekiranya kamu bersyukur (akan nikmatNya) serta kamu beriman (kepadaNya)? Dan (ingatlah) Allah sentiasa membalas dengan sebaik-baiknya (akan orang-orang yang bersyukur kepadaNya), lagi Maha Mengetahui (akan hal keadaan mereka)”. (An-Nisaa :147)


Mereka yang bersyukur merupakan golongan yang istimewa di hadapan Allah, Dia mencintai orang yang mensyukuriNya serta membenci orang yang menkufurinya . Dia telah berfirman, yang ertinya:


“ Kalaulah kamu kufur ingkar (tidak bersyukur) akan nikmat-nikmatNya itu, maka ketahuilah bahawa sesungguhnya Allah tidak berhajatkan (iman dan kesyukuran) kamu (untuk kesempurnaanNya) dan Dia tidak redakan hamba-hambaNya berkeadaan kufur dan jika kamu bersyukur, Dia meredainya menjadi sifat dan amalan kamu” (QS Az Zumar:7)


Allah juga menegaskan, bahawa syukur merupakan sebab kekalnya sesuatu nikmat, sehingga tidak luput malah semakin bertambah, sebagaimana firman-Nya:


“Dan (ingatlah) ketika Tuhan kamu memberitahu: Demi sesungguhnya! Jika kamu bersyukur nescaya Aku akan tambahi nikmatKu kepada kamu dan demi sesungguhnya, jika kamu kufur ingkar sesungguhnya azabKu amatlah keras”. (Ibrahim : 7)


Dan masih banyak keutamaan dan manfaat dari rasa syukur kepada Allah, maka munasabahlah sekiranya Allah menyatakan, bahawa amat sedikit dari hamba-hamba-Nya yang bersyukur (dengan sebenarnya).


Hakikat Syukur

Kesyukuran yang hakiki didirikan di atas lima
asas utama yang mana barang siapa mengamalkannya, maka dia adalah seorang yang benar-benar bersyukur iaitu:

1-Merendahkan diri di hadapan yang dia syukuri (Allah)

2- Rasa cinta terhadap Pemberi nikmat (Allah).

3- Mengakui seluruh nikmat yang Dia berikan.

4- Senantiasa memuji-Nya atas nikmat tersebut.

5- Tidak menggunakan nikmat untuk sesuatu yang dibenci oleh Allah.


Maka dengan demikian syukur adalah merupakan bentuk pengakuan atas nikmat Allah dengan penuh sikap kerendahan serta menyandarkan nikmat tersebut kepada-Nya, memuji Nya dan menyebut-nyebut nikmat itu, kemudian hati senantiasa mencintai Nya, anggota badan taat kepadaNya serta lidahnya tidak berhenti-henti menyebut Nya.


Pujian yang Diajarkan Nabi s.a.w.

Nabi s.a.w
mengucapkan pujian (zikir) di ketika pagi dan petang sebagaimana berikut, yang ertinya:


"Ya Allah tidak satu pun kenikmatan yang menyertaiku di pagi /petang ini atau yang tercurah kepada salah satu dari makhluk Mu, maka itu adalah semata dari Mu, tiada sekutu bagi Mu, untuk Mu lah segala puji dan untuk Mu pula segenap syukur."



Nabi bersabda:
bahwa siapa yang membaca zikir ini di waktu pagi, maka ia telah melakukan syukur sepanjang siang harinya, dan barang siapa membacanya ketika petang , maka dia telah melaksanakan syukurnya sepanjang malamnya. (HR. Abu Dawud, dinyatakan hasan oleh Ibnu Hajar dan An-Nawawi)


Jenis-jenis Syukur

Imam Ibnu Rajab berkata, "Syukur itu dengan hati, lisan dan anggota badan”.


1-Syukur dengan hati adalah mengakui nikmat tersebut dari Yang Memberi nikmat, berasal dariNya dan atas keutamaan-Nya.


2- Syukur dengan lisan yaitu selalu memuji Yang Memberi nikmat, menyebut nikmat itu, mengulang-ulangnya serta menampakkan nikmat tersebut, Allah s.w.t. berfirman, ertinya: “Dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutNya (dengan bersyukur)”.(QS. 93:11)


3- Syukur dengan anggota badan iaitu tidak menggunakan nikmat tersebut, kecuali dalam rangka ketaatan kepada Allah s.w.t., berwaspada dari menggunakan nikmat untuk kemaksiatan kepada-Nya.


Setelah kita tahu hakikat dan jenis-jenis syukur, maka marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah kita telah bersyukur dengan benar, apakah kita telah sejujurnya mencintai Allah, telah tunduk dan mengakui nikmat dan keutamaan yang diberikan Allah? Apakah kita telah benar-benar memuji Allah, adakah kesyukuran itu telah mempengaruhi hati kita, lisan kita dan seluruh tindak tanduk, akhlak dan pergaulan kita?


Kita harus bertanya secara jujur:

- Apakah termasuk syukur, jika seorang muslim atau muslimah meniru-niru gaya hidup orang kafir? Apakah makna syukur bila seorang muslimah mengikuti model dan gaya hidup wanita musuh Allah? Berpakaian terbuka, bertabarruj dan membantah ketetapan syara' tanpa rasa malu dan segan?


- Apakah termasuk syukur jika seorang muslim meninggalkan solat lima waktu, atau menyia-nyiakannya, atau tidak mahu mengerjakannya dengan berjamaah? Bahkan lebih senang mengikuti perkara bid'ah dan sesat?


- Apakah termasuk orang syukur kalau meremehkan puasa Ramadhan, tidak mahu pergi haji padahal mampu, tidak mahu membayar zakat dan berinfak?


- Apakah merupakan orang yang bersyukur jika tanpa segan silu bergelumang dengan riba, membazirkan harta untuk berfoya-foya, minum-minuman keras, dadah dan seumpamanya?


- Apakah tanda syukur jika seorang pemuda suka beromong-omong kosong, berkumpul-kumpul di tepi jalan , berbual kosong di telepon, membazirkan makanan dan meremehkan nikmat yang dia terima?



Ketahuilah Nikmat Allah

Sesungguhnya mengetahui dan mengenal nikmat, merupakan di antara rukun terbesar dalam bersyukur. Karena tidak mungkin seseorang dapat bersyukur, jika dia merasa tidak mendapat nikmat. Mengenal nikmat merupakan jalan untuk mengenal Yang Memberi Nikmat, dan kalau seseorang tahu siapa yang memberikan nikmat, maka dia akan mencintainya, sehingga cinta itu akan melahirkan kesyukuran dan terima kasih. Nikmat Allah tidaklah terbatas pada makanan dan minuman sahaja, malah seluruh gerak dan hembusan nafas kita adalah nikmat yang tidak terhingga nilainya.

Abu Darda' mengatakan: "Barang siapa yang tidak mengetahui nikmat Allah selain makan dan minumnya, maka bererti ilmunya adalah sedikit dan azab telah menimpanya.”


Maka dikatakan, bahawa syukur yang bersifat umum adalah syukur terhadap nikmat makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan kekuatan. Dan syukur yang bersifat khusus adalah syukur atas tauhid, keimanan dan kekuatan hati.



Nikmat-nikmat Yang Utama

Nikmat Allah tidak terhingga banyaknya, dan di antara yang utama yang perlu untuk kita sedari ialah:


A) Islam dan Iman

Demi Allah, inilah nikmat yang terbesar, di mana Allah menjadikan kita sebagai muslim yang bertauhid, bukan Yahudi yang dimurkai dan Nashara yang tersesat, yang mengatakan Allah mempunyai anak; Maha Suci Allah dari sifat yang tidak layak ini.


Sufyan Ibnu Uyainah berkata, "Tidak ada satu nikmat pun dari Allah untuk hamba-Nya yang lebih utama, daripada diajarkannya kalimat la ilaha illallah.”


B)Penangguhan hukuman ke atas dosa dan ditutupnya dosa kita


Ini juga merupakan nikmat yang sangat besar, kerana jika setiap kali kita melakukan dosa lalu Allah terus membalasnya, maka tentu seluruh alam ini akan binasa. Akan tetapi Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Allah SWT berfirman:


"Dan (Dia) menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin” (Luqman : 20)


Berkata Muqatil, "Adapun (nikmat) yang lahir (nampak) adalah Islam, sedangkan yang batin adalah ditutupnya kemaksiatan yang dilakukan kalian."


C) Peringatan


Peringatan adalah termasuk nikmat yang besar, dan ini merupakan salah satu ketelitian Allah agar hamba-Nya tidak terlena. Tanpa kita duga terkadang ada seseorang yang datang meminta makanan atau sesuatu kepada kita, yang dengan perantaraan orang yang sedang kesusahan tersebut akan membuat kita ingat terhadap nikmat yang diberikan Allah.


D)Terbukanya Pintu Taubat

Adalah nikmat yang sangat besar dari Allah sekiranya terbukanya pintu taubat kepada kita , walau sebanyak mana pun dosa dan kemaksiatan kita. Selagi nafas belum sampai di halkum dan selagi matahari belum terbit dari barat, maka pintu taubat selalu terbentang untuk dimasuki oleh siapa saja.


E) Menjadi Orang Terpilih


Nikmat ini hanya dapat dirasakan oleh orang yang beristiqamah, wara', dan selalu menghadapkan diri kepada Allah s.w.t. serta tidak menoleh kepada yang lain. Maka Allah menguatkan hatinya ketika fitnah tersebar di sana-sini, meneguhkannya di atas ketaatan ketika orang berpaling darinya. Allah hiasi hatinya dengan iman dan dijadikan cinta kepadaNya, lalu dia benci terhadap kefasikan dan kemaksiatan. Ini termasuk nikmat paling besar yang harus disyukuri dengan sepenuhnya dan dengan pujian sebanyak banyaknya.


F) Kesihatan, Kesejahteraan dan Keselamatan Anggota Badan


Kesihatan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Darda' r.a. adalah ibarat raja. Sementara itu Salman al Farisi menceritakan tentang seorang yang diberi harta melimpah lalu kenikmatan tersebut dicabut, sehingga dia jatuh miskin, namun orang tersebut masih memuji Allah dan menyanjungNya. Maka ada orang kaya lain yang bertanya, "Aku tidak tahu, atas alasan apa engkau masih memuji Allah? Dia menjawab, "Aku memujiNya atas sesuatu yang andaikan aku diberi seluruh yang diberikan kepada manusia, maka aku tidak mau menukarnya. Si kaya bertanya, "Apakah benda itu? Dia menjawab, "Apakah engkau tidak memperhatikan kesejahteraan penglihatanmu, lisanmu, kedua tangan dan kakimu?


G) Nikmat Harta (Makan Minum dan Pakaian)


Bakar al Muzani berkata: "Demi Allah aku tidak tahu, mana di antara dua nikmat yang lebih utama untukku dan kamu, apakah nikmat ketika masuk (menelan) ataukah ketika keluar dari kita (membuang)? Berkata Al-Hasan: "Itu adalah nikmat makanan ."


Aisyah r.a. berkata: "Tidaklah seorang hamba yang meminum air dingin, lalu masuk ke dalam perut dengan lancar tanpa ada gangguan dan keluarnya juga dengan lancar, kecuali wajib baginya bersyukur."


Sumber: Kutaib “Aina Asy Syakirun?” Al-Qism al-Ilmi Darul Wathan.


Related Posts with Thumbnails

Template by:
Free Blog Templates